Lembaga pembiayaan pembangunan Inggris British International Investment(BII) mengeluarkan dana sebesar $15 juta guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersih dan berkelanjutan, serta transisi energi hijau di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Komitmen ini merupakan langkah besar terhadap dukungan Pemerintah Inggris pada Just Energy Transition Partnership (JETP) Indonesia yang diluncurkan tahun lalu saat KTT G20 di Bali.
Duta besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan bahwa kemitraan ini akan membantu Indonesia mempercepat transisi energi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang produktif serta berkelanjutan.
“Kemitraan yang dipimpin oleh negara-negara ini tidak hanya akan membantu Indonesia mempercepat transisi energi yang adil, meninggalkan bahan bakar fosil dan menuju sumber energi terbarukan, tetapi juga akan membantu mendukung pertumbuhan ekonomi, lapangan pekerjaan baru yang terampil, pengurangan polusi, dan masa depan yang tangguh dan sejahtera bagi masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
Investasi pertama BII di kawasan ini diharapkan mampu menarik lebih banyak modal untuk mendukung Indonesia mencapai emisi nol bersih atau net zero emissions pada 2060 mendatang.
Komitmen ini akan dilaksanakan melalui SUSI Asia Energy Transition Fund (SAETF), pendanaan infrastruktur transisi yang berfokus pada Asia Tenggara yang dikelola oleh perusahaan di Swiss, SUSI Partners.
Kepala Kawasan Asia SUSI Partners Wymen Chan mengungkapkan bahwa seiring dengan perkembangan ekonomi, permintaan energi di Asia Tenggara juga terus meningkat.
“Permintaan energi di Asia Tenggara tumbuh pesat sejalan dengan perkembangan ekonomi kawasan,” katanya.
Di Indonesia, SUSI Partners telah berinvestasi dalam pengembangan proyek listrik tenaga mini-hidro yang memanfaatkan aliran sungai dan proyek tenaga angin melalui SAETF dan pengembang regional, Pacific Impact.
Hal ini menegaskan kembali salah satu prioritas BII di Asia Tenggara adalah melakukan pendekatan baru untuk berinvestasi dalam pendanaan iklim di Indonesia. BII juga menggandeng lembaga pembiayaan pembangunan lainnya dalam mendukung SAETF, seperti Swedfund, Norfund, AIIB, FMO, OeEB, dan investor swasta.
“Tujuan kami adalah untuk mengarahkan modal menuju pembangunan infrastruktur yang memungkinkan pertumbuhan ini terjadi secara berkelanjutan sambil membuktikan bahwa Asia Tenggara tidak hanya berdampak tetapi juga pasar yang sangat menarik bagi investor publik dan swasta,” ujar Wymen.
SAETF menargetkan investasi infrastruktur di seluruh spektrum transisi energi, termasuk proyek energi terbarukan, efisiensi energi, dan penyimpanan energi, serta berfokus pada negara-negara berkembang di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
[VMA]